Pernyataan ini rasanya benar, perempuan harus kerja lebih keras dua kali, lebih baik dua kali, untuk mencapai level yang dianggap setara dengan laki-laki di dunia kerja. Sekarang sebagian perempuan memang sudah berkarir, tetapi produk kepercayaan lama bahwa dunia kerja bukanlah alamnya para perempuan masih belum sirna. Bahkan ragu, kadang datang dari kita sendiri, Apakah kita pantas berada di sini, berjerih payah, dan berprofesi.

Raden Ajeng Kartini sosok yang selalu kita peringati setiap 21april dikenal akan nyali dan gagasan mendobrak batasan. Pendidikan adalah perhatian utamanya. Karena itulah tembok raksasa di eranya saat itu. Tapi, mari kita berkhayal. Andaikata sosok seperti Kartini hidup hari ini. Ceritanya lain. Temboknya lain. Dunia kerja yang akan coba didobrak nya. Bukan mustahil kan, pada sebuah whiteboard di sudut kamarnya ia tuliskan aturan-aturan ini.
Rule yang pertama "Confident". Terlalu banyak perempuan merasa dirinya medioker. Meski mereka sudah melakukan banyak. Ketika memperoleh capaian seperti dapat beasiswa, menang penghargaan, dipromosikan dalam pekerjaan, perempuan lebih sering menganggapnya keberuntungan dibandingkan buah kecakapan.
Kata penelitian, saat diminta menjelaskan kesuksesan, laki-laki cenderung menceritakan bakat dan skill. Tapi, coba tanya perempuan, jawaban favorit mereka, ya karena bekerja keras, suka membantu, mau belajar, dan sejenisnya. Yang berbahaya, perasaan rendah diri itu bisa membuat kita hanya ingin dikenal sebagai sosok yang rajin patuh dan tidak neko-neko. Padahal kita perempuan bisa lebih dari menjual loyalitas dan keringat
Rule yang kedua "Take Credit". Menyambung rule sebelumnya, pastikan kamu mendapat kredit yang pantas dari pekerjaanmu. Pastikan diketahui oleh orang-orang yang memang butuh mengetahuinya. Jangan terjebak dalam skenario pohon yang tumbang dalam hutan belantara. Aksi yang tidak terdengar tidak kelihatan. Ini bukan perkara narsisme.
Riset menunjukkan laki-laki lebih suka menawarkan bantuan di depan publik supaya dilihat banyak orang. Sementara perempuan sebaliknya, lebih suka melakukannya dibalik layar. Dalam kinerja tim sekalipun, kadang-kadang ada saatnya anggota perlu diapresiasi secara individu. Ketika dipuji simpel saja, katakan terima kasih. Nggak perlu berkata, Oh aku cuma beruntung, Ah ini kebetulan aja kok, dan ungkapan-ungkapan sungkan lainnya.
Rule yang ketiga "Speak Up". Ketika kamu menyampaikan ide atau masukkan, katakan dengan lantang sampai orang-orang sulit melupakan kalau itu keluar dari mulut kamu. Pakai kata-kata yang aktif dan otoritatif yang menunjukkan keyakinan dan kepemilikan mu terhadap kalimatmu. Kurangi gumaman, seperti emm. Jangan juga kebanyakan bilang maaf, kalau boleh kasih tahu, atau kalo boleh saran. Langsung aja menurut Saya A. Saya punya saran B.
Yang berikutnya "Berani bernegosiasi". Perempuan cenderung susah mengatakan apa yang mereka inginkan. Terutama bila menyangkut uang. Ini sebabnya pendapatan perempuan secara statistik lebih rendah dari laki-laki untuk level jabatan sejajar. Salah satu alasannya, perempuan enggan menegosiasikan kenaikan upah, baik saat melamar pekerjaan, maupun sudah cukup lama bekerja di sebuah perusahaan.
Padahal ini sah-sah saja dilakukan, asal didukung penjelasan kenapa Kamu layak mendapatkannya, sejauh apa kontribusimu. Salah satu tipsnya, sajikan fakta bukan opini. Jangan katakan, misalnya: Oh saya ini reporter yang jago, tapi katakan Saya pernah Meliput soal A. Reportase Saya pernah berdampak pada B dan seterusnya
Yang berikutnya "Say No To Stereotype". Ada segudang serotype dan persepsi yang diulang-ulang. Dalam pindah kerja perempuan itu mudi, perempuan itu enggak rasional, perempuan itu gampang panik, bos perempuan cenderung nggak capable, perempuan kalau memimpin pasti terlalu baik, tidak tegas, gampang disetir, perempuan kok bekerja di perusahaan teknologi, dan lain-lain. Banyak banget gak ada habisnya diucapkan sampai tiga periode sekalipun. Yang harus dilakukan, lawan, jangan termakan, buktikan.
Saya tahu kok 5 rule ini tidak segampang kedengarannya. Makanya kita butuh rule keenamm, "Jangan jatuhkan sesama perempuan". Jangan mengadu, dengki, justru ajaklah sebanyak-banyaknya perempuan untuk bekerja bareng. Terutama untuk posisi karir yang strategis, rekrut perempuan, promosikan perempuan, metori perempuan. Karena lingkungan kerja yang suportif bagi perempuan harus dimulai dari satu perempuan dikelilingi sesama perempuan yang mau maju bersama, saling mendengar, saling memberi kesempatan bicara plus jangan lupa saling mengingatkan rules-rules tadi. Ibu kita Kartini pasti approve.
Pemateri: Prof. Najwa Shihab
Judul Asli: 6 Kartini Rules di Dunia Kerja Catatan Najwa
Sumber:https://www.youtube.com/@NajwaShihab
Gambar:
Komentar
Posting Komentar