Dunia terus mengalami perubahan. Jaman dahulu saudara-saudara harus pergi ke kampus buat dapatkan ilmu. Sekarang sama seperti ke pasar, dulu orang harus pergi ke pasar untuk mendapatkan sayuran, makanan, dan sebagainya. Jaman dahulu orang pergi ke bank untuk mengambil uang. Sekarang Bank yang datang ke Anda, pasar datang ke Anda, dan kampus juga datang kepada kita.
Maka, salah satunya yang saya komporin pada anda dalam beberapa seri saya adalah ledakan non-degree. Kita sudah mulai melihat lahirnya orang-orang yang dibesarkan dari belajar dari dunia online. Bahkan marak muncul yang disebut gerakan do-it-yourself (DIY). Banyak juga yang bertanya, kalau begitu tidak diperlukan lagi perguruan tinggi.
Tentu saja saya tidak 100% mengatakannya demikian. Barangkali kita perlu membedakannya. Apa perbedaan dari sesuatu yang kalo kita dapat bersifat pop-up, sesuatu yang meletup-letup, atau sesuatu yang kita dapat dengan mudah, cepat, bisa kita pelajari dengan cara sederhana. Kadang-kadang itu ada isu yang berkembang begitu pesat sekali, kita bisa pelajari uraian, ada cara belajar. yang disini secara metodologis, kita belajar dari perguruan tinggi.
Apa beda antara keduanya, kalau kita belajar di perguruan tinggi. Maka sesungguhnya yang kita dapatkan adalah struktur. Ibaratnya kita membangun sebuah gedung, maka disitu ada strukturnya, mudah untuk melihat strukturnya, lihatlah betonnya, lihatlah konstruksinya, lihatlah fondasinya.That is pendidikan tinggi dimaksudkan dengan adanya struktur kita bisa melakukan inovasi-inovasi. Karena kita mempunyai basic yang kuat. Kalau kita mempunyai fondasi yang kuat maka kita bisa memiliki bangunan yang kuat, kokoh ke angkasa.
Celakanya banyak sekali orang yang datang keperluan tinggi hanya untuk mendapatkan gelar. Sehingga akibatnya tidak kokoh fondasinya. Dia mencoba untuk membuat bangunan tinggi tetapi selalu jatuh ke bawah, dan ada pula yang mengambil sifat-sifat dari suatu struktur kaku, tidak lentur, tidak bisa bergerak dengan bebas. Padahal dengan berpendidikan semakin tinggi maka manusia akan menjadi lebih rendah hati, lebih-lebih hambel, lebih fleksibel.
Dan tentu saja orang yang cerdas memiliki kognitif flexibility. Bagaimana seseorang bisa memiliki flexibility dalam hidupnya dan bukan menjadi manusia rigid adalah karena dia bisa melihat dari beragam perspektif, ia bisa melihat suatu persoalan secara lengkap, dan utuh. Kemudian bisa menyederhanakan persoalan. Karena dia menguasainya. Itulah makna kalau kita mendapatkan pendidikan yang terstruktur, pendidikan tinggi. Bukan berarti kita harus menjadi semakin kaku. Oleh karena itu maka kita harus memberi atensi yang benar dari sebuah pendidikan tinggi.
Selanjutnya di sini ada dunia baru, dunia pop-up. Semua orang bisa mendapatkannya, dan di dunia online. Ini banyak sekali di dunia online itu juga ada dapat struktur tetapi tidak semua orang senang menggali sampai struktur. Karena untuk mendapatkan struktur itu, seseorang itu perlu menggali berkali-kali mencari dari beberapa referensi. Kemudian terus memperkaya-nya.
Seperti membuat kue lapis dibuat bertahap, satu demi satu. Makan waktu, tapi begitu Jadi maka dia akan solid, menjadi sesuatu yang indah dan enak. Kalau kita mendapatkannya hanya secara instan, maka kita tidak bisa mendapatkan struktur. Banyak orang yang kemudian menghindar untuk menuju ke dalam struktur. Karena seakan-akan dengan mendapatkan secara online, dia sudah bisa mendapat kehidupan.
Tetapi tentu saja alam ini, pendidikan ini, Kita bedakan. Sama seperti kita mendengarkan musik, ada musik klasik, ada musik pop. Budaya juga ada budaya klasik, ada budaya pop, pop culture. Apa bedanya, Kalau Anda nonton musik klasik, maka anda harus ikut aturannya, cara berpakaian, mendengarkan musik. Anda harus berpikir, bayarnya pun tidak murah. Kemudian selama menonton, anda tidak boleh bercakap-cakap bahkan untuk batuk saja Anda harus tahan. Tapi anda tidak mudah mencerna lagu-lagu itu. Tapi sejumlah orang bisa menikmatinya. Itulah musik klasik, agak sedikit bera.
Musik pop, artisnya sangat terkenal, dinikmati oleh jutaan follower, jutaan orang. Dalam tempo sekejap, begitu kita masuk kedalam ruangan, kaki kita sudah bisa goyang-goyang, kepala kita sudah bisa bergerak-gerak, tangan kita ikut menari-nari, dan lain sebagainya.That is pop-culture. Usianya sangat pendek, cepat hilang. Tapi musik klasik kekal abadi. Setiap generasi bisa menikmatinya dan umurnya cukup panjang.
Bagaimana kita bisa mendapatkan ilmu pengetahuan yang baik. Menurut hemat saya, pendidikan tinggi tetap penting. Seorang perlu bertahan, perlu bekerja keras membangun pondasinya. Pondasi ini harus dibangun dengan kelenturan. Oleh karena itu, maka pengetahuan yang solid, yang luas, yang bisa melihat dari beragam perspektif. Itu sangat penting. Melatih kognisi kita. Seperti misalnya saudara bermain game, juga sangat penting. Karena di situ saudara bisa mendapatkan kognitif flexibility. Anda berlatih strategi, level 1 gagal, coba lagi, coba lagi, sampai kita mendapatkan kehebatan disana, bukan kecanduan.
Itu adalah fondasi. Fondasi ini harus dilengkapi pula dengan kemampuan untuk mendapatkan hal yang baru. Jadi sekali lagi, bagi Anda yang sedang menikmati pendidikan non degree, atau yang sedang terperangkap dalam pendidikan degree, dan beranggapan bahwa degree akan bisa menghantarkan agak selama-lamanya. Saya kira kita tidak bisa membenarkan hanya salah satu. maka Lengkapilah ilmu pengetahuan kita. Sehingga kita menjadi manusia yang tangguh, manusia yang selalu relevan dalam menghadapi beragam situasi. Karena kita mengikuti perkembangan zaman dan memiliki pondasi yang kuat.
Pemateri: Prof. Rhenald Kasali
Judul Asli: Revolusi Digital Memisahkan Dua Manusia
Sumber:https://www.youtube.com/@rhenald_kasali
Gambar: imthan dari Pixabay
Komentar
Posting Komentar