Malcolm X pernah mengatakan bahwa "Education is the passport to the future". Sama seperti Nelson Mandela yang pernah mengatakan bahwa pendidikan adalah "strategic weapon". Senjata strategis untuk menaklukkan masa depan. Harap diingat masa depan ini tidak sama dengan di hari kemarin. Sehingga kita melihat ada "The story of yesterday", ada "The Story Of Tomorrow", "The future" telah berubah, dan akan terus berubah, dan saya kira perlu Kita waspadai bersama-sama khusus untuk mendidik anak-anak kita.
Biasanya saya bercerita tentang perguruan tinggi negeri, Universitas tempat Saya mengabdi, UI dan lain sebagainya. Tapi kali ini saya ingin berbicara inovasi-inovasi yang dilakukan oleh berbagai perguruan tinggi lain, dan hasilnya adalah ada satu perguruan tinggi swasta yang sangat mengagumkan. Ia berada dalam top 11 perguruan tinggi Indonesia berdasarkan presentasi inovasi dosen. Ini luar biasa sekali, berada dalam posisi puncak adalah UBAYA dengan skor 6,87. Kemudian baru disusul oleh perguruan tinggi negeri IPB, dengan skornya agak jauh yaitu 4,44. Selanjutnya Anda bisa lihat listnya berikut ini.
Nah inovasi dosen ini adalah sesuatu yang sering diucapkan, tetapi sesungguhnya para dosen itu tidak terbiasa melakukan inovasi. Para dosen terbiasa melakukan hanya riset. Kalau riset hasilnya adalah paper. Padahal dari paper untuk sampai ke market itu ada satu perjuangan yang panjang. Karena di sini harus mengambil resiko, harus membangun branding, harus membangun kepercayaan, harus menurunkan cross-structure, harus membangun banyak hal lah, dari sini ke sini. Nah ini seringkali kita abaikan. Karena Universitas terpaku dengan karya-karya riset
UBAYA mengagumkan ini adalah perguruan tinggi swasta di Surabaya. Buat saya tidak terlalu asing. karena 20 tahun yang lalu pada saat saya baru kembali dari Amerika, Saya ditugaskan oleh para senior saya agar membina perguruan tinggi negeri maupun swasta di daerah yang bersungguh-sungguh. Nah satu-satunya yang saat itu datang kepada kami adalah UBAYA.
Ini adalah Universitas Surabaya yang merupakan sebuah perguruan tinggi swasta. Tertegun Saya melihat apa yang terjadi di sana. UBAYA adalah salah satu contoh bagaimana sebuah perguruan tinggi membangun ekosistem, yang tidak terbatas hanya pada riset, tetapi juga ekosistem sampai ke inovasi. Memang kalau dilihat perguruan tinggi swasta ini pasti rata-rata kalah lah dengan perguruan tinggi negeri.
Dosennya kebanyakan adalah PHD. Profesor jauh lebih banyak. Para penelitinya hebat-hebat dan sekolahnya juga dari kampus-kampus internasional. Kalau dibangun sungguh-sungguh ya memang seperti itu. Tetapi tradisinya adalah tradisi riset dan kemudian outputnya adalah paper. Kalau paper memang semua mahasiswa kandidat Doktor itu sekarang sudah diwajibkan agar melakukan publikasi. Maka rangking Indonesia perlahan-lahan mulai berbunyi
Kalau dulu ya riset dosen dengan mahasiswa, ya sudah. Jadinya hanya disertasi dan tidak dipublikasi. Nah kali ini kita melihat upaya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sangat perlu kita apresiasi yaitu bagaimana agar menjadikan karya riset ini menjadi dalam satu ekosistem terbangun dan akhirnya kemudian bisa berdaya guna. Karena saya kira perlu dipahami juga oleh para pendidik bahwa tidak semua orang datang ke kampus itu untuk menjadi mereka.
Saya paling tabu itu berpikir bahwa semua mahasiswa saya akan menjadi seperti saya. Tidak ada orang yang akan bisa menjadi orang yang sama. Apalagi kita ingin menjadikan mereka akan menjadi akademisi., Berapa persen sih dari mahasiswa yang akan menjadi akademisi, pasti hanya sedikit sekali. Sebagian besar akan memasuki dunia kerja.
Nah apa yang telah dilakukan oleh UBAYA ini merupakan suatu program yang dikembangkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan yang kita sebut sebagai KEDAIREKA. Yang artinya Kerja Sama Dunia Usaha & Kreasi Reka. Cara perhitungan untuk mendapatkan skor ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu jumlah proposal yang dibuat oleh para desain yang akan direalisasikan dibagi dengan jumlah dosen NIDN.
Jadi dosen yang NIDN adalah dosen yang terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai dosen yang pangkalannya adalah di universitas itu. Nah karena mereka terdaftar di situ, maka sekarang mereka diwajibkan untuk melakukan inovasi. Tentu saja tidak mudah awalnya, tetapi kita melihat perguruan tinggi swasta ini, UBAYA berhasil untuk membangun reputasinya.
Bagaimana caranya, tentu saja pertama-tama mereka harus punya ilmu. Hasil penelitian, riset ini, kemudian tentu harus digelontorkan ke masyarakat. Karena memang awalnya membuat paper. Tapi paper ini kemudian harus dicari timnya. Siapa yang akan menjalankan. Kemudian dilihat bermanfaat atau tidak. karena kalau tidak bermanfaat, tidak ada orang yang mau bekerja sama.
Setelah itu perguruan tinggi harus mencari partnernya siapa. Partnernya itu adalah pengusaha. Jadi terjadi jembatan antara perguruan tinggi dan swasta. UBAYA melakukan itu. Saya melihat daftar perusahaan yang bekerjasama ternyata tidak hanya perusahaan Indonesia, tapi juga upaya membangun hubungan dengan para peneliti dan para pengusaha di Korea Selatan, Jepang, dan lain sebagainya.
Nah mereka membangun hubungan itu. Kemudian dicari partner lokalnya. Misalnya saja ada PT Bintang 7, yang kemudian tertarik dengan metode pembuatan ginseng. Yang selama ini kalau di Korea itu berarti outputnya harus dibawa pulang ke Indonesia, dan tentu mahal di ongkos kirimnya. Para peneliti di Korea, kemudian sepakat untuk bekerjasama dengan para peneliti di UBAYA, dan kemudian mereka menanam ginseng tidak di tanah seperti yang dilakukan di Korea sana.
Tapi mereka menggunakan wadah tertentu tanpa menggunakan media tanah. Mereka mengembangkan itu dan setelah dicek ternyata produktivitasnya bagus. Namanya juga pakai penelitian, tentu saja produktivitasnya harus berubah lebih baik. Mereka membuat itu. Nah setelah jadi, kemudian ini ada yang membutuhkan, siapa yang membutuhkan PT Bintang 7.
PT Bintang 7 kemudian melakukan investasi, bekerja sama untuk penelitian ini, untuk membuat ini saya siapkan dananya, Katakanlah misalnya PT Bintang 7 menyediakan 6 miliar rupiah. Maka menurut KEDAIREKA, konsep KEDAIREKA yang dikembangkan oleh Kemendikbud ini. Kemendikbud akan memberikan namanya "matching fun". Dan "matching fun" itu jumlahnya adalah juga 6 miliar rupiah.
Jadi kalau perguruan tinggi berhasil mendapatkan 6 miliar dan kemudian Kemendikbud akan memberikan another billiard itu. Dan sekali lagi inovasi ini merupakan bekal bagi kita untuk mendidik masa depan anak-anak bangsa. Mengapa demikian? begini, pertama, kita mesti ingat bahwa selama ini ranking yang kita kenal itu metodenya adalah metode akademik.
Misalnya kalau saudara melihat bahwa ranking yang sering dipakai itu adalah "QS World University Ranking", atau misalnya "Education Rankings" atau "Akademic Ranking of Word University", apa yang diukur, yang diukur tentu saja pertama itu adalah rasio antara dosen dengan mahasiswa. Yang kedua biasanya adalah berapa jumlah karya ilmiah yang dihasilkan. Kemudian berapa banyak yang disertasi, atau dikutip oleh orang-orang lain.
Kemudian selain itu juga ada beberapa kampus yang memasukkan unsur akademik yang meyakinkan. Kemudian juga tentu saja adalah "International Faculty". Jadi ada berapa banyak dosen yang berasal dari dunia Internasional yang merupakan hasil kerjasama, atau mereka datang dari kampus-kampus ternama di dunia. Itu semua diukur. Juga diukur misalnya jumlah mahasiswa asing yang ada di kampus itu.
Tapi di Surabaya ini kita melihat metodenya bukan berdasarkan metode akademik yang tadi kita kenal. Ini adalah pendekatan dengan menggunakan pendekatan inovasi. Jadi sekali lagi KEDAIREKA yang dicapai posisi tertinggi oleh UBAYA ini. Persentase inovasi dosen adalah berdasarkan apa yang disebu sebagai karya inovasi
Inovasi-inovasi yang dilakukan oleh UBAYA ini menjadi menarik perhatian kita. Karena mereka melakukannya secara merata antar berbagai fakultas. Begitu saya melihat beberapa karyanya. Misalnya tadi saya sebutkan ginseng. Mereka juga bikin probiotik untuk tambak udang. Sehingga kemudian udang di tambak udang di Jawa Timur itu udah bisa jadi lebih sehat, dan lebih produktif lebih cepat jadi besar.
Kemudian juga mereka membuat beberapa produk untuk mengatasi masalah covid. Kemudian juga mereka membuat beberapa kajian, atau produk yang bisa digunakan untuk menjadi transformasi database herbal. Jadi data base herbal ini, mereka gunakan Ai untuk mengembangkan produk baru. Dan juga ada lagi optiminalisasi proses produksi pangan.
Yang mereka cari adalah produk-produk pangan yang bisa menghasilkan dengan serat yang tinggi. Misalnya saja untuk VCO, minyak kelapa, dan lain sebagainya. Nah ini adalah ilmu pasti yang tentu saja secara saintiific sangat diperlukan oleh dunia usaha. Tidak perlu dicari jauh-jauh ternyata kampus di Indonesia bisa memilikinya.
Mereka juga mengembangkan satu sistem, yang bisa dipakai untuk membangun startup. Misalnya saja perkembangan start up untuk sepeda ontel. Di Jawa Timur ini masih sangat digunakan, dengan konsep green delivery service. Dan selanjutnya juga mereka bekerja sama dengan BUMDES. Kita tahu di era pemerintahan Joko Widodo ini pembangunan Dana Desa ini luar biasa. Karena Desa digelontorkan besar sekali. Namun tidak semua desa juga yang maju. Karena ada juga desa-desa yang tidak memiliki kaum muda, tidak ada pemimpin, dan juga jauh dari mana-mana.
Tetapi sekarang Desa ini sudah maju dan desa-desa ini ingin unjuk gigi. Namun tentu saja diperlukan upaya untuk membangun bagaimana agar bumdes ini mempunyai sistem yang baik. Nah saya melihat diantara para dosen di UBAYA ternyata mereka juga berhasil membuat bagaimana agar BUMDES itu bisa mempunyai sistem yang baik dan kemudian memberikan pelayanan yang lebih baik, membuat tata kelolanya untuk BUMDES ya, dan juga untuk masyarakat desa.
Sehingga mereka bisa lebih produktif dan kontrol sistemnya menjadi lebih baik. Kerja sama ini tentu saja menghasilkan sebuah budaya yang sangat bagus sekali. Karena budaya inovasi telah terjadi dan lambat laut akan masuk ke tingkatan yang lebih tinggi, lebih tinggi, lebih tinggi lagi, dan akhirnya mereka bisa menciptakan inovasi, yang saya harapkan ke depan tidak hanya inovasi yang bersifat sustaining atau memperbaiki sudah ada, atau replikasi. Tetapi One Day yang saya harapkan ini bisa menciptakan Original Innovation dan juga bisa menciptakan Disruptive Innovation.
ini adalah inovasi yang pada akhirnya bisa dilakukan untuk menciptakan hal-hal yang bersifat kebaharuan. Sekali lagi pendidikan merupakan suatu strategiv weapon, merupakan pintu, atau passpor yang bisa mengantarkan anak-anak kita ke masa depan, for tomorrow belongs to do so prepare for it today. Jadi masa depan itu adalah menjadi miliknya mereka yang mempersiapkannya pada hari ini, demikianlah Malcolm X.
Namun saya juga ingin menyampaikan apa yang disampaikan oleh Eleanor Roosevelt. Eleanor mengatakan bahwa masa depan itu adalah miliknya mereka yang percaya pada indahnya masa depan, indahnya mimpi-mimpi mereka. Semua berasal dari mimpi. Namun tindakannya tidak dilakukan di masa depan, tindakannya dilakukan pada hari ini.
Pemateri: Prof. Rhenald Kasali
Judul Asli: Kampus Riset vs Kampus Inovasi
Sumber:https://www.youtube.com/@rhenald_kasali
Gambar:
Komentar
Posting Komentar