Mengenal Fenomena Paradox of Richest


Di awal tahun Saya pernah membahas tentang orang yang kaya bohongan kok dipercaya. Ternyata orang-orang seperti itu belakangan terbukti bahwa mereka menggunakan "others people money". Jadi uangnya orang lain, uang "money laundring", atau uang hasil kejahatan. Kemudian mereka pamer-pameran, kita pikir mereka "Crazy Rich" dalam arti bener-bener kaya luar biasa dan ternyata kaya bohongan.

Antri BBM


Kali ini saya ingin bicara sebaliknya, yaitu orang yang pura-pura susah. Dan ini menjadi marak. Ketika pemerintah awalnya menjanjikan bahwa siap-siap harga BBM akan naik. Kemudian setelah itu diumumkan harga BBM naik betulan. Dan, ketika naik betulan, itulah kemudian kita menyaksikan Ada sejumlah Twitter mungkin jumlahnya tidak banyak, tetapi menimbulkan efek penularan. Kebetulan beberapa diantaranya kita kenal siapa saja mereka. Nampaknya mereka sangat senang mengucapkan tentang orang-orang susah.

Berbicara tentang orang susah, Kalau Anda tidak pernah melarat bagaimana bisa anda bisa menhayati tentang hidup yang susah. Kalau kita pernah hidup susah, melarat, barangkali kita bisa menghayati tentang hal itu. Saya sendiri bertemu dengan banyak sekali UMKM, pelaku usaha yang sangat berat hidupnya. Itu sebabnya di rumah perubahan, kami memilih orang-orang yang bekerja dengan hati, yang mempunyai masakan dengan hati, kami cari makanan-makanan enak. Kemudian kami bikinkan Sunday Market sejak awal tahun karena kita menyaksikan pandemi ini telah merubah kebiasaan orang.

Kalau mereka harus sewa tempat di pinggir jalan Rp. 2 000 000 maka Kita tidak perlu bayar ditempat kami. Nah, mereka datang ke tempat saya dan kemudian berjualan. Yang kami pilih adalah mereka yang benar-benar mau berjuang dan memasak dari hati. Diantara mereka memang susah betulan dalam hidup, tetapi tidak pernah mengeluh.

Belakangan ini kita menyaksikan orang-orang yang mengonten kesusahan, kalau bicara tentang susah, ya saya tidak bisa menyangkal, semua orang di seluruh dunia memang juga sedang sangat susah. Mari kita lihat data, misalnya saja kalau anda pergi ke Jerman. Harga energi di Jerman itu sudah naik mendekati 40%. Sampai bulan oktober tahun 2022, ini harganya masih akan naik terus. Kemudian harga makanan dan produk-produk lain itu juga sudah merangkat naik, bahkan sejak awal tahun.

Nah kita lihat di Asia juga sama saja. Sejumlah negara Asia sudah naik. Yang tertinggi misalnya saja adalah Singapura. Itu juga sudah di atas 6% - 7% inflasinya. Indonesia juga masih dalam perhitungan bergerak naik. Cina juga sudah mengalami inflasi. Bahkan Brazil, inflasinya sudah di atas 10%. Ini mengakibatkan Brazil tidak lagi menyerang market Indonesia. Khususnya untuk produk unggas.

Sehingga kemudian, kita juga memberi unggas, ya sedikit lebih mahal lagi. Tetapi dinilai treshold memang harga daging ayam sudah mahal sekali. Baru saja naik beberapa ratus, atau beberapa ribu rupiah, kita sudah pasti berteriak. Di Brazil mereka lebih berteriak lagi. Upaya mereka untuk menyerang pasar domestik di sejumlah negara Asia mereka hentikan. Karena ternyata inflasi di negaranya saja sudah begitu tinggi. Sehingga kalau dijual kesini, yang disini sekarang lebih murah daripada yang ada di Brazil.

Kita saksikan juga beberapa kejadian lain seperti Global price index of agriculture raw material product, itu harganya juga sudah melambung tinggi. Kalau dulu skornya masih dibawah 100. Katakanlah pada awal tahun ini baru sekitar 90-an sekarang sudah sekitar 120-an. Jadi kenaikannya cukup signifikan. Kemudian kita lihat lagi inflasi. Kalau anda berada di negara-negara ini, bolehlah Anda mengentertain kesulitan, sebut saja misalnya Anda berada di Suriname inflasi 62,2 %, Sudan 220,7 %, Lebanon 206 %, Turki 73,5%, bahkan ada berita terakhir sudah mendekati 80%, Syria 139 %, Iran mendekati 40 %, Ethiopia sudah 36,6 %. Ini adalah fakta-fakta di sebuah negara.

Kalau anda berasal dari negara itu. Mengentertain kesulitan kemiskinan, saya bisa paham. Kita bisa lihat juga sekarang orang-orang di negara itu punya uang langsung beli barang, punya uang langsung beli barang. Kenapa, karena pasti besok itu harga sudah naik lagi. Mereka benar-benar berjuang untuk cepat dapat barang dan makanan.

Di negara-negara maju tentu saja juga inflasi tidak lebih rendah dari kita. New Zealand saja tempat yang sangat saya sukai, itu sekarang inflasi yang sudah 7 %, Australia sudah di atas 5 %, Kanada sudah 8 %, Amerika Serikat sudah mendekati 9 %, Venezuela juga sudah 222,2 %. Kehidupan susah itu ada di banyak tempat.

Apa yang saya maksud dengan orang-orang yang sebetulnya tidak begitu susah. Sekarang merasa susah. Ya, ambil contoh sajalah misalnya beberapa video yang sedang viral beberapa hari ini. Ada polisi pakaiannya bagus. dia mempunyai mempunyai pekerjaan. Dia lebih kaya dari sopir truk yang pendapatannya tidak pasti. Sopir truk ini dimodali dengan uang yang harus berhemat sepanjang perjalanan. Dia tidak lewat jalan tol seringkali, untuk makan di pinggir jalan. Karena kalau di dalam tol mereka tidak bisa makan di rest area yang harganya sudah mahal.

Supir truk ini dipalak oleh seorang Polisi PJR sebesar 500.000 Rupiah. Videonya sudah viral. Ini mencerminkan pak polisi yang punya pekerjaan, yang punya penghasilan tetap, merasa hidupnya tidak bahagia. Tidak punya pendapatan yang cukup. Sama saja dengan mobil-mobil mewah yang hari-hari ini banyak sekali difoto oleh masyarakat, divideokan, mobilnya mewah, mahal, harganya mendekati 1 Milyar. tetapi isi bensinnya pertalite. Isinya adalah barang subsidi. Yang seharusnya mereka memang tidak layak untuk mendapatkan subsidi.

Harap diingat di banyak negara, itu sebabnya tidak ingin pemerintahnya berikan subsidi pada produk. Tapi di negara kita ini tidak banyak pemimpin yang punya keberanian untuk mencabut subsidi dari BBM. Bahkan sejumlah orang mengatakan kalau mau jujur, sebetulnya BBM itu tidak perlu di subsidi. Yang perlu di subsidi apa? yang perlu disubsidi adalah orang-orang yang miskin.

Kalau mereka miskin, di rumahnya kita bisa lihat punya rumah nggak dia. Ini harus dikasih rumah. Kalau mereka tidak punya listrik harus dikasih listrik. Kalau mereka tidak punya makan harus dikasih uang untuk beli makan yang cukup dan bergizi. Tidak punya kesehatan harus diberikan tunjangan untuk kesehatan. Jadi yang diberikan oleh bukan melalui produk, dan kemudian diberikan kepada orang-orang yang sudah mempunyai sebut saja alat transportasi, kendaraan.

Kalau orang susah punya kendaraan, sesungguhnya dia sudah tidak layak untuk mendapatkan subsidi terhadap kendaraan ini. Tetapi ini memang satu perdebatan, dan ini tidak populer. Yang populer itu adalah kita mengintertain kemiskinan, kesulitan. Karena memang kalau harga energi ini makin mahal dampaknya akan kemana-mana. Karena energi ini dibutuhkan untuk orang memasak, untuk orang transportasi, untuk membuat usaha restoran itu berjalan, untuk membuat pedagang, makanan, daging, dan sebagainya. Ini semua memerlukan energi. Bahkan untuk kesehatan, kalau kita ingin menyimpan Katakanlah vaksin tertentu harus didinginkan. Jadi energi ini luas kemana-mana

Kita bisa menyaksikan orang-orang yang merasa susah ini tidak hanya terbatas pada orang yang saya sebutkan tadi. Tapi juga sejumlah orang yang sering sekali menggunakan nama rakyat. Rakyat jadi susah, rakyat jadi menderita, rakyat jadi sakit, rakyat jadi semakin miskin dan sebagainya. Saya coba telusuri dimana mereka tinggal. Ternyata yang sering mengatasnamakan rakyat ini, diantaranya punya rumah juga cukup bagus. Bahkan mereka tinggal di apartemen yang mahal sekali. Mereka pun tinggal di Kebayoran, di daerah Kemang, di sekitar Pondok Indah, pokoknya di daerah perumahan elit yang harganya puluhan milyar rupiah, tapi mereka kok bisa mengintertain kemiskinan, kesulitan orang yang susah dengan harga energi mahal.

Ya itu betul, tapi jangan kita komen membangkitkan saraf-saraf itu bahwa kita susah sekali. Saya setengah mati membangun kesempatan kerja bagi banyak orang. Sebut saja para pedagang makanan yang kemudian kami sediakan wadahnya. Di rumah perubahan ini, kami lakukan satu kegiatan terbuka. Karena saya tahu setelah pandemi ini mulai mereda, sifat masyarakat dalam berkonsumsi berubah. Masyarakat senang dengan tempat-tempat yang terbuka.

Tempat-tempat terbuka ini kami sediakan bagi para pedagang. Mereka tidak perlu sewa lagi tempatnya di sini. Mereka tinggal gunakan, saya setengah mati mencari cendol durian yang enak, pecel yang enak, kemudian sayur lodeh yang enak, kebab yang enak, termasuk juga nasi bakar, dan lain sebagainya. Kami mencari orang-orang yang bekerja dengan hati, dan rata-rata mereka itu mengalami kesulitan selama COXID.

Tidak ada yang belanja, anggota keluarganya meninggal. Bahkan ada keluarga yang orangtuanya meninggal dan anak-anaknya setengah mati jual ayam geprek dan membuat sambal yang enak. Mereka kemudian kami sediakan tempat. Saya sangat terharu melihat anak-anak yang harusnya masih sekolah tetapi mereka terpaksa harus menyambung hidup dengan jualan. Orang seperti ini tidak pernah mengeluh sekalipun kepada saya. Dan mereka selalu mengatakan terima kasih, ucapan kepada semua orang yang berbelanja adalah terima kasih. Mereka tidak pernah menyalurkan aura kesusahan. Padahal hidupnya tidak sekaya teman-teman saya yang tadi yang mengentertain kemiskinan, kesusahan, sebagainya.

Anda juga beberapa politisi, teman-teman saya yang sudah cukup mapan. Berapa sih gaji anggota DPR kalau terpilih. Oh bagus sekali, Krisdayanti belum lama ini mengumumkan angka yang Dia dapatkan. Katanya setiap tanggal 1 dapat 16, setiap tanggal 5 tiap bulan nih dapat 59 juta. Kemudian dapat lagi tunjangan-tunjangan lainnya, seperti dana aspirasi. itu dapat yang 450 juta sebanyak lima kali dalam satu tahun. Kemudian dana untuk kunjungan dapil itu delapan kali setahun masing-masing 140 juta.

Bukankah mereka sudah sangat sugih, sudah sangat kaya. Mereka mempunyai pendapatan yang cukup bagus, tapi yang namanya politisi tentu saja bukan politisi kalau tidak bisa mengentertain soal kemiskinan. Namun politisi yang cerdas, tentu saja mengaturnya dalam mekanisme anggaran. Misalnya berikan anggaran yang lebih baik kepada kaum miskin agar mereka bisa keluar dari kemiskinan. Yang paling penting itu adalah jangan mengintertain dan merasa seakan-akan kita semua ini susah.

Betul bahwa kita susah, ya, tetapi jangan bangkitkan itu. Bangkitkanlah rasa percaya diri, bangkitkanlah suatu kesadaran.Bahwa kesusahan ini bisa diatasi kalo kita memang mau bekerja keras. Lihat Oma Melly. ini Oma Melly, saya dapatkan videonya beredar di sosial media dan saya senang terhadap orang yang membuat video ini. Oma Melly ini membesarkan dua orang cucunya dan dia jualan gado-gado. Dan saya yakin ini adalah ibu yang menjual dari hati, membuat masakan dari hati. Saya bermaksud akan mengumpulkan mereka karena orang seperti inilah yang pantas kita jadikan contoh dalam menghadapi situasi yang sulit. Oma Melly tidak pernah mengeluh ketika anaknya kemudian meninggal dunia, dan suami dari anaknya itu, mantunya itu meninggalkan cucunya. Oma Melly tidak punya pendapatan dan kemudian harus menyediakan gado-gado yang dijualnya di Jakarta Rp15.000.

Adakalanya dalam suatu hari, menurut video yang saya terima itu, hanya tiga orang yang membeli. Artinya dia hanya dapat Rp5.000 dipotong biaya-biaya paling hanya Rp 20.000. Apakah cukup untuk makan. Tentu saja Ini dibawah garis kemiskinan, tapi Oma Melly tidak pernah mengeluh. Oma Melly justru bekerja keras. Nah ini berbeda dengan mereka yang tadi yang saya bilang. Tinggalnya di gedung-gedung daerah bagus tetapi mengalami Apa yang disebut oleh Charles Handy sebagai "The Empty Raincoat". Jadi seperti orang pakai jas hujan, ada hujan deras, dia empty hatinya.

Ini adalah sebuah gejala yang menurut Charles Handy sebagai perasaan yang berbeda dengan realitas yang ada. Berapa banyak orang yang seperti ini, tentu saja saya harapkan tidak semakin banyak. Ada orang yang senang selalu memunculkan itu. Ini juga disebut sebagai Paradox of Richest. Bagaimana orang-orang kaya yang tidak merasa menjadi semakin kaya. Tinggal di daerah yang mahal tapi merasa tidak punya kontrol. Ya mungkin dia pernah diberikan tuhan kesempatan untuk menjadi pejabat, tapi ya karena tidak perform dan menimbulkan persoalan, dia kemudian menjadi korban resuffle.

Dan ini merupakan suatu bentuk rasa tidak bisa mengendalikan keadaan. Sehari-hari kalangan seperti ini tentu bisa merasakan punya uang banyak tetapi tidak bisa mengatur kemacetan, tidak bisa keluar dari kemacetan. Karena ini ada public goods. Ketika kita hidup dalam ruang bersama. kita menikmati fasilitas publik ini dengan tujuan bersama-sama. Jadi ada hal yang tidak bisa kerja kendalikan seberapapun kayanya kita. inilah Paradox of Richest.


Pemateri: Prof. Rhenald Kasali
Judul Asli: Ketika Mobil 1M Ikut Idamkan Pertalite
Sumber:https://www.youtube.com/@rhenald_kasali
Gambar:


Komentar