"Kehidupan itu laksana lautan. Orang yang tiada berhati-hati dalam mengayuh perahu, memegang kemudi, dan menjaga layar, maka karamlah dia digulung oleh ombak dan gerombang". Siapa yang menyampaikan kalimat ini, barangkali Anda masih ingat. Betul. itu adalah ucapan dari mendiang Buya Hamka. Ulama terkenal yang menjadi panutan bagi banyak orang pada waktu saya masih remaja dan menurut saya tetap pada hari ini. Yang berbeda barangkali adalah Buya saat itu sudah membaca bahwa lautan ini akan semakin ganas. Kalau kita tidak berhati-hati maka bukan hanya kita yang tenggelam, tapi bumi ini pun akan tenggelam
Yang kemudian disambut oleh Paus Franciscus. Dia pernah mengatakan di bumi, ini semuanya saling terhubung satu sama lain seperti manusia dengan alam, manusia dengan manusia lainnya, termasuk juga dengan flora dan fauna. Kita semua terpanggil untuk mendengarkan penderitaan Ibu bumi yang semakin menjerit pada hari-hari ini. Sekaligus yang mengatakan kita wajib mendengarkan penderitaan dari kaum papa, kaum miskin. Untuk itulah barangkali Saya ingin mengajak anda untuk berempati pada mereka yang terpinggirkan dan kurang beruntung
Kita semua menyaksikan bahwa bumi ini memang sudah semakin panas. Bayangkan, ketika nanti umat muslim akan menjalankan ibadah haji, beberapa bulan lagi ke depan di bulan Juni akan datangm suhu bumi ini tidak dingin. Hari ini saja kita sudah mulai merasakan memang masih ada hujan atau kabut-kabut yang kita saksikan di berbagai tempat, tetapi pada hari tertentu panasnya juga sangat tidak terkira. Bahkan pada waktu musim hujan kemarin, kita menyaksikan bahwa ombak semakin tinggi, curah hujan semakin deras, dan kalau panas semakin panas.
Perubahan alam ini kemudian juga dicatat oleh para ilmuwan yang akhirnya menemukan bahwa sesungguhnya kita telah mengalami peningkatan suhu bumi yang sangat tinggi yaitu 1.1 °C. Bahkan diramalkan tidak lama lagi akan mencapai 1.5 °C. Yang artinya, kecepatannya akan sangat luar biasa naiknya itu, akan eksponensial, melejit ke atas, dan membuat kehidupan ini semakin kurang begitu nyaman.

Peningkatan suhu bumi ini bisa dibandingkan dengan manusia. Bayangkan kalau suhu Anda meningkat 1 °C, apa yang terjadi? pasti kita sudah merasakan tidak enak badan, dan ada sesuatu yang membuat kita tidak bisa tidur. Kalau dia naik terus, barangkali kita akan meracau, dan setelah itu kita akan bertindak semakin aneh.
Beberapa waktu yang lalu, barangkali Anda membaca beberapa sungai di Tiongkok begitu kering, mengakibatkan pembangkit listrik tidak bisa menghasilkan listrik. Bahkan di sungai-sungai itu ditemukan kota tua yang tidak terlihat sebelumnya. Karena air sungai itu turun surut begitu besar sekali. Nah kemudian hari ini kita menyaksikan kota yang indah, Venesia, tempat para selebriti menikmati kehidupan yang romantis sama dengan pasangannya di atas gondola di atas perahu yang indah, hari ini kita menyaksikan kapal-kapal atau perahu itu terdampar semua di antara lumpur di Venesia. ?Mengapa itu terjadi?
Lagi-lagi para ahli menyebutkan ini adalah klaim, barangkali Anda masih ingat ramalannya bahwa Venesia akan tenggelam, sama dengan Jakarta yang hari ini dikatakan sudah 40% wilayahnya berada di bawah permukaan laut. Jadi sementara permukaan air laut itu naik terus kita menyedot air bersih dari dalam tanah. Sehingga permukaan tanah juga turun terus. bayangkan apa yang terjadi di hari esok. Nah kalau suhu bumi ini terus meningkat maka dikhawatirkan bukan saja kehidupan yang terganggu secara biasa tetapi juga harga pangan akan meroket. karena gagal panen akan terjadi di berbagai belahan bumi dan kita akan mendengarkan lagi-lagi musibah kelaparan dan lain sebagainya
Saya menyampaikan kepada anda bahwa ini bukan fiksi sama seperti yang disampaikan oleh bintang laga Arnold Schwarzenegger. Dia mengatakan begini, Saya adalah orang yang membintangi banyak sekali film scince fiction, tapi saya ingin sampaikan kepada anda bahwa climate change bukanlah fiction. Ini adalah pertempuran hebat umat manusia di dalam kehidupan. Yang sesungguhnya kali ini telah menimbulkan dampak yang besar bagi kehidupan kita. Ketika dia tinggal di California misalnya dia menyaksikan kebakaran hutan di sekitar perumahan yang mewah itu terjadi di mana-mana.
Kali ini saya ingin mengajak anda kepada apa yang saya saksikan di film the letter yang diilhami oleh Sri Paus. Dia mengundang beberapa orang. Diantaranya adalah Arouna Kande ini mewakili kaum miskin yang berasal dari Senegal dan menyedihkan sekali. Dalam ceritanya, ternyata di usianya yang masih kecil dia harus pindah beberapa kali. Mengapa demikian? karena tempat tinggalnya mengalami kekeringan. Lalu ketika pindah lagi, ternyata air laut naik terus. Dia menyampaikan bahwa telah 3000 Orang kehilangan rumah di tempat tinggalnya. Ia berencana untuk pindah ke negara lain lalu.
Kemudian ada lagi tokoh lain, ini adalah tokoh dari Amazon seorang kepala suku. Namanya Chief Dada Borari. Chief Dada bercerita tentang banyaknya penduduk yang mati karena melawan satu perusahaan yang melakukan pembabatan hutan. Hasilnya apa? tentu saja hasilnya adalah pangan bagi manusia, termasuk sesuatu yang barangkali akan kita nikmati di kemudian hari. Tapi ini merupakan hasil penderitaan dari saudara-saudara chief dada borari yang juga merupakan saudara kita. Nah apa yang terjadi di sana, banyak sekali perusahaan membawa tuton dan kemudian menanam pohon-pohon tertentu termasuk di dalamnya jagung, dan ini menjadi pakan ternak. Akhirnya mereka berhasil menghasilkan daging ayam yang termurah di dunia.
Lalu Sri Paus juga mengajak tokoh lain yang berasal dari India Ridhima Pandey yang mewakili kaum muda, usianya 15 tahun. Ketika itu dan dia mengatakan saya sangat khawatir. Saya tiba pada saat saya dewasa apakah saya masih bisa hidup nyaman seperti orang tua saya ketika bumi semakin padat dan alam semakin panas seperti ini.
Salah satu tokoh yang diundang juga adalah sepasang suami istri yaitu dokter Greg Asner dan dokter Robin Martin . Ini keduanya adalah ahli Karang laut. Menarik sekali hasil riset kedua orang ini. Bahwa pada tahun 2015 mereka menemukan 25% kawasan Karang laut itu telah musnah karena peningkatan suhu bumi. Kemudian pada tahun 2019 meningkatnya lebih dahsyat lagi, dari 25% dari 2015 menjadi 35%. Bayangkan dalam tempo 10 tahun itu meningkatnya sekitar 10%. Berarti 1 tahun itu meningkat satu persen.
Nah lebih menyedihkan lagi ketika mereka membaca suhu bumi ini meningkat sudah 1.1 °C. Mereka menyampaikan pesan kepada kita bahwa kalau suhu bumi ini meningkat sampai 2 °C. Apakah 99% karang di bumi ini akan mati? bayangkan Karang laut ini adalah tempat tinggal atau habitatnya banyak sekali ikan-ikan yang kita konsumsi. Apakah anak cucu kita masih menikmati ikan seperti yang kita nikmati.
Begitu nikmatnya di bumi ini. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan di Bulan puasa ini. Yang pertama saya mengajak Anda semuanya untuk mendukung climate action. Dukung untuk melakukan sesuatu. Karena di negara kita ini adalah negara yang disebut negara mubazir dalam konsumsi pangan dan menghasilkan sampah-sampah pangan yang begitu besar. Nomor 3 setelah Saudi dan Amerika Serikat dan setiap individu untuk menghasilkan sampah pangan sebesar 184 kg per tahun. Ini besar sekali. Ini tentu saja bisa memberi makan sekitar 40% populasi masyarakat Indonesia
Yang kedua adalah kita bersama-sama bertanggung jawab untuk kembali menanam pohon-pohon besar. Bukankah selama pandemi kita menanam pohon-pohon kecil. Banyak diantara kita yang memberi pohon-pohon, seperti, janda bolong, palem kuning, galatea, dan anthurium. Ini pohon-pohon yang kecil. Sama seperti Anda membeli ikan. Dulu orang memberikan arwana yang besar. Tapi hari ini kebanyakan kita membeli ikannya adalah ikan cupang, semakin kecil.
Kita perlu menanam pohon-pohon yang besar, yang menghasilkan hutan tutupan dalam skala mini di rumah-rumah kita. Seandainya kita menanam di bulan puasa ini masing-masing dua pohon besar. Saya kira ini dampaknya akan sangat besar sekali. Kemudian juga kepada para pemuka agama, Saya ingin mengajak kita semua untuk memberikan narasi-narasi tentang bumi dan lingkungan dalam ceramah-ceramah anda. Bayangkan di Indonesia ada 800.000 masjid ada 37.000 Pesantren, 370.000 Kyai atau Ustadz serta 6000 perguruan tinggi Islam, belum lagi perguruan tinggi Katolik, Kristen, Budha, Hindu, dan lain sebagainya. Ini akan sangat baik sekali bagi kita untuk melakukan climate action.
Akhirnya tentu saja yang keempat bagaimana kita membangun budaya untuk memilah sampah dan melakukan risk management. Saya ingin mengutip apa yang disampaikan oleh seorang pembuat film di Amerika, namanya Alanis Obomsawin. Dia mengatakan begini, "when the last tree is cut, the last fish is caught, and the last river is polluted; when a breathe the air is sickening, you will realize, too late, that wealth is not a bank accounts and that you can't eat money".
Pemateri: Prof. Rhenald Kasali
Judul Asli: Bumi Makin Panas. Kita Bisa Apa?
Sumber:https://www.youtube.com/@rhenald_kasali
Komentar
Posting Komentar