Perbedaan Antara Aliran Klasik dan Aliran Keynesian Pada Analisa Ekonomi


Pada artikel ini, kita akan membahas apa perbedaan pandangan antara aliran Klasik dan aliran Keynesian. Sebelum mulai membahas perbedaan antara aliran Klasik dengan aliran Keynesian, Kita membahas dulu terminologi harga yang fleksibel (fleksibel price) dengan harga yang lengket atau harga yang kaku (sticky price).

Fleksibel price atau harga yang fleksibel, itu berarti harga-harga akan berubah, atau menyesuaikan dengan cepat atas perubahan permintaan dan penawaran. Sedangkan sticky price, itu artinya harga akan kaku, harga itu akan lengket, berarti tidak atau sulit berubah, walaupun ada perubahan permintaan dan penawaran. Jadi seperti itu ya terminologi fleksibel price dengan sticky price.

Nah konsep fleksibel price itu akan berguna dalam menjelaskan "market clearing". Kondisi di equillibrium saat permintaan sama dengan penawaran. Kemudian fleksibel price itu sebenarnya lebih pas untuk jangka panjang, atau long run. Sedangkan dalam jangka pendek, harga itu sifatnya lebih Sticky, lebih kaku.

Contoh dari harga sticky adalah, misalnya harga makanan itu sudah ditentukan. Karena harga makanan sudah tercetak dalam menu. Kemudian upah pegawai itu sudah ditentukan sesuai dengan kontrak. Dalam jangka pendek harga ini cenderung sticky, karena akan susah untuk setiap hari mengubah harga di menu, kemudian akan susah untuk mengubah upah pegawai dalam kontrak, dan sebagainya. Karena selagi dalam jangka pendek semua ini sudah ditentukan. Jadi dalam jangka pendek harga itu sifatnya lebih sticky.

Nah kalau dalam jangka panjang, itu mungkin saja harga akan cenderung sifatnya fleksibel, atau berubah. Ini di konsep kita seperti ini ya, dalam jangka pendek harga itu cenderung ke sticky, dan harga dalam jangka panjang itu akan cenderung fleksibel. Perbedaan konsep harga ini akan membuat perbedaan juga dalam pandangan antara aliran klasik atau classical, dengan aliran keynes, atau keynesian. Kita bahas satu persatu

Kita mulai dengan aliran klasik. Menurut aliran klasik, output dalam perekonomian, output GDP (Gross Domestic Product) itu lebih ditentukan oleh kekuatan supply. Maka aliran klasik, hal ini sering disebut dengan "supply oriented". Karena sekali lagi, output itu lebih ditentukan oleh suplai menurut pandangan atau aliran ini. Agregat supply, kurva AS-nya, kurva penawaran agregat secara keseluruhan itu sifatnya perfect inelastik, atau bentuknya itu vertikal.

Mungkin bisa kita bayangkan kurva supply bentuknya vertikal. Maka perubahan permintaan agregat (agregat demand) itu hanya mempengaruhi harga, bukan output. Inilah konsep yang dianut oleh aliran klasik, bahwa harga itu sifatnya adalah fleksibel. Baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang, harga sifatnya adalah fleksibel. Sekali lagi, perubahan agregat demand itu hanya mempengaruhi harga bukan output. Karena output sudah ditentukan, sudah fix.

Nah di dalam aliran klasik ini, pandangannya juga berpendapat bahwa perekonomian itu akan selalu dalam keadaan full employment. Sehingga deviasi atau penyimpangan terhadap full employment itu hanya sifatnya sementara. Pasar dengan mekanisme pasarnya akan mengembalikan perekonomian kembali ke keadaan full employment. Inilah aliran klasik. Pasar akan menciptakan outcome yang efisien tanpa campur tangan pemerintah. Jadi gambaran pandangan aliran klasik seperti ini. Nanti Kita akan sandingkan dengan aliran keynesian

Kalau Secara grafis mungkin bisa di gambarkan seperti ini (lihat gambar dibawah). Jadi kita mempunyai kurva. Kita akan menggambarkan kurva permintaan, kurva penawaran seperti yang kita telah pelajari di ekonomi mikro, cuman ini sifatnya agregat. jadi p-nya adalah harga secara keseluruhan, dan q-nya Kita ganti dengan GDP (y). Aliran classical kurva AS-nya, agregat supply-nya adalah vertikal. Ini adalah kurva AS-nya. Jadi saat agregate demand-nya adalah di AD1, maka keseimbangannya ada di P1 dalam output sebesar y.

kurva agregat supply aliran classical harga awal


Saat mungkin permintaannya meningkat menjadi AD2, apa yang terjadi? harga akan naik dari P1 ke P2 namun outputnya tetap. Jadi sekali lagi, yang menentukan output itu bukan demand. Jadi supplay oriented dipengaruhi utamanya adalah dari sisi supply.

kurva agregat supply aliran classical kenaikan harga


Kalau kita misalkan AD ini sudah terlalu tinggi, maka apa yang terjadi? daya beli masyarakat akan terendah. Ini dengan mekanisme pasar maka agregat demand turun kembali dan seterusnya. Jadi agregat demand bisa naik bisa turun, harga bisa naik bisa turun karena fleksibel, namun outputnya tetap. Inilah pandangan dari aliran klasik. Dan dalam keadaan ini ekonomi dalam keadaan full employment. Kalau ada Penyimpangan atau deviasi, sifatnya hanya sementara, nanti akan kembali ke titik ini lagi. ini pandangan dari aliran klasik

Sekarang kita beralih ke aliran keynesian. Aliran ini dimotori oleh John Maynard Keynes dengan bukunya yang berjudul "The General Theory Of Employment, Interest, and Money". Buku ini diterbitkan di tahun 1936. Keynes dianggap sebagai pelopor ekonomi makro modern. Jadi Keynes sering disebut mungkin Bapak Ekonomi Makro. Kemudian Keynes bukunya ini, pemikirannya itu dilatarbelakangi karena adanya "The Great depression" di Amerika, yaitu penurunan output dan naiknya pengangguran yang dalam. Jadi penurunan outputnya sangat dalam, dan berkelanjutan. Ini merupakan terminologi dari depression. Mekanisme pasar ternyata tidak bisa menyelesaikannya. Menurut Keynes perlu peningkatan agregat demand. Salah satunya dengan campur tangan pemerintah. Inilah pandangan dari Keynes.

Menurut aliran Keyesian, output dalam perekonomian, itu lebih ditentukan oleh kekuatan demand. Jadi berbeda dengan aliran klasik. Pada aliran klasik utamanya ditentukan oleh suplai. Kalau Keyesian ini ditentukan oleh kekuatan demand. Nah di dalam aliran keynesian ini, agregat supply itu bentuknya perfect Elastic, atau horizontal. Karena akibat dari sedikit price. Ada yang sifatnya intermediate, dan ada yang sifatnya perfect inelastik.

Saat agregat supply itu perfect Elastic, artinya mendatar, perubahan agregat demand itu akan mempengaruhi perubahan output, namun price nya tetap. Ini berkebalikan dengan pandangan dari classical tadi. Jadi sekali lagi, saat agregat supply-nya elastic artinya mendaftar, kita bayangkan supplynya mendatar, maka perubahan agregat demand akan mengubah output. Nilai y yang berubah, q-nya yang berubah kalau di mikroekonomi. Sedangkan p-nya adalah tetap.

Kemudian Menurut aliran keynesian, ekonomi itu bisa berada di bawah full capacity, akibat imperfect market. Bisa terjadi penyimpangan dari full employment. Disini perlu campur tangan pemerintah agar perekonomian lebih efisien. Jadi ini perbedaannya dengan aliran classical.

Kalau secara grafis, kurva agregat supply dari aliran keynesian bisa digambarkan seperti ini (lihat gambar). Ada bagian yang horizontal, ini perfect elastic, Ada intermediate, diantara perfect elastik dan perfect inelastic, dan ada bagian yang inelastic, yang bentuknya adalah vertikal.

Sekarang kita fokusnya adalah saat kurva AS itu di bawah output optimalnya. Jadi output optimalnya adalah disaat kurva AS yang vertikal tadi, ada y optimal disitu. Namun y itu bisa menyimpang di bawah full capacity-nya. Misalnya agregat demand-nya adalah di AD1. Kita potongkan dengan agregat supply, pricenya ada di p1, y-nya ada y1.

kurva agregat demand harga awal


Kemudian AD misalnya turun menjadi AD2. price-nya tetap sedangkan output turun menjadi y2. Output kalau di sini lebih ditentukan oleh demand, berbeda dengan pandangan dari classical tadi. Disini perekonomian bisa di bawah full capacity-nya. Kita lihat, output bisa dibawah nilai y optimalnya dan perlu meningkatkan akhir ke demand. Salah satunya adalah dari campur tangan pemerintah inilah Fokus dari pandangan keynesian.

kurva agregat demand kenaikan harga



Pemateri: Prof. Warsito
Judul Asli: Apa beda Classical vs Keynesian
Sumber:https://www.youtube.com/@kuliahonlineekonomi



Komentar