Kuliah PDB Pendekatan Produksi


Penghitungan PDB dengan pendekatan produksi. Ini fokusnya adalah kita menghitung nilai akhir atau akumulasi value added suatu barang dan jasa untuk semua sektor, atau lapangan usaha. Jadi masing-masing lapangan usaha kita rinci produknya. Kemudian kita hitung nilainya. Inilah pendekatan PDB dengan pendekatan produksi.

Nah, lapangan usaha yang dilakukan di Indonesia apa saja ya? lapangan usaha yang digunakan oleh BPS dalam penghitungan PDB ini bisa dirinci seperti ini, dari pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, kemudian pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan gas dan sebagainya sampai jasa lainnya. Ini adalah kategori yang digunakan oleh BPS. Sekali lagi yang dinilai adalah nilai rupiahnya, bukan kuantitasnya. Sekali lagi nilai rupiahnya, dari apa? dari barang dan jasa akhir.

Bukan barang yang akan diproduksi kembali. Bukan barang akan ditingkatkan nilainya kembali. Akan tetapi barang yang langsung diproduksi, atau barang akhir. Tidak termasuk nilai rupiah dari bahan mentah dan barang intermediary. Karena apa? Karena kalau ini kita hitung, nanti akan terjadi double counting atau dihitung lebih dari satu kali. Nah, tadi saya juga tekankan bahwa selain nilai akhir dari barang dan jasa. Itu juga bisa dilakukan dengan penjumlahan value added.

Sebagai contoh, di dalam sebuah negara, ada empat jenis produk. Ada pemeriksaan mata, pizza, sepatu, dan keju. Dimana keju digunakan untuk membuat pizza. Nah, kita di diminta untuk menghitung PDB negara tersebut di tahun 2017. Ingat ya konsep kita bahwa PDB adalah nilai akhir, atau nilai rupiah dari barang dan jasa akhir, bukan barang mentah dan bukan barang intermediate.

Contoh PDB Pendekatan Produksi


Disini kita lihat, keju digunakan untuk membuat pizza. Semua keju digunakan untuk membuat pizza. Kesimpulan kita adalah keju bukan barang akhir. Jadi keju tidak kita hitung. Yang kita hitung adalah pizzanya saja. PDB-nya adalah nilai dari eye examination (pemeriksaan mata), nilai pizza dan nilai shoes (sepatu). Nilainya berapa? seperti biasa quantity dikalikan dengan harga satuannya berapa. Jadi kalau examination eye adalah 100 dikalikan dengan 50, ditambah 80 kali 10, dan 20 kali 10, sama dengan 7800 dollar. Inilah nilai dari PDB kita.

Ini adalah contoh yang kedua, misalnya di dalam sebuah perekonomian terdapat kegiatan seperti ini. Pertama petani itu memanen kapas. Nilai kapas tersebut adalah $1. Kemudian kapas tersebut diproduksi menjadi benang dan kain. Nilainya meningkat menjadi $3. Nah, benang dan kain tersebut kemudian dijahit menjadi baju. Nilainya adalah $15. Baju ini keluar dari pabrik baju kemudian dijual ke konsumen akhir seharga $35. Kita diminta untuk menghitung PDB dengan menggunakan value-added.

Nah kalau kita lihat, sebenarnya dengan konsep nilai akhir, maka kita tahu bahwa seharusnya PDB adalah $35. Nilai akhir dari barang dan jasa ini. Nah kita juga bisa menghitung dengan menggunakan konsep value added ini. Jadi kita mulai satu persatu kegiatannya, memanen kapas value of produknya $1. Jadi value added-nya adalah $1 juga, memproduksi benang dan kain nilainya menjadi $3. Di sini ada nilai tambah dari $1 menjadi $3. Value added-nya $2. Memproduksi baju nilainya menjadi $15. Dari $3 ke $15, ada nilai tambah sebesar $12. Menjual baju menjadi $35. Ada nilai tambah sebesar $20. Total value added-nya setelah kita jumlah adalah 35 dollar, sama dengan nilai akhir. Jadi penekanan Saya di sini adalah bahwa PDB sekali lagi itu bisa dihitung dengan nilai akhir atau dengan akumulasi nilai tambah, atau akumulasi value added-nya.

Analisa nilai tambah PDB


Nah ini adalah beberapa ketentuan yang perlu kita perhatikan dalam penghitungan PDB. Yang pertama, PDB menghitung nilai uang bukan kuantitas. Yang kedua PDB itu hanya menghitung final goods, barang dan jasa akhir, bukan barang input, bukan pula barang intermediate. Yang ketiga PDB itu hanya menghitung barang yang diproduksi saat ini, bukan produksi tahun-tahun sebelumnya. Karena konsep kita tadi ya, dalam jangka waktu tertentu, bukan jangka waktu sebelumnya. Ini konsepnya. Penjualan barang bekas bukan item PDB.

Selanjutnya PDB itu tidak menghitung penjualan financial asset contohnya saham, obligasi, dan sebagainya. Karena apa? Karena ini sebenarnya tidak mencerminkan penjualan atas produk dan jasa yang diproduksi dalam sebuah negara. Jadi tidak dimasukkan

nah PDB juga tidak menghitung produksi barang dari negara lain. Karena kita ingat, D di PDB adalah domestik. Barang yang diproduksi didalam sebuah negara. Kemudian untuk barang yang tidak memiliki nilai pasar, penghitungan PDB menggunakan nilai estimasi yang disebut dengan imputed value. Contohnya adalah layanan pemerintah. Layanan pemerintah itu dianggap sebagai produk dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Nilainya berapa? nilainya adalah sebesar gaji yang dibayarkan kepada pegawai pemerintah.

Jadi ada nilai estimasi disitu yang disebut dengan imputed value ini. Termasuk juga nilai Perumahan. Nilai perumahan disini adalah manfaat dari rumah yang dinikmati oleh sebuah keluarga pada jangka waktu tertentu. Misalnya rumahnya itu adalah rumahnya sendiri, tetapi disini seolah-olah dia menyewa kepada dirinya sendiri, gitu ya. Dari awal secara pengeluaran masuk dan secara pendapatan masuk. Itu yang disebut dengan imputed value.

Ingat bahwa PDB itu tidak meng-capture underground economy, atau transaksi-transaksi gelap seperti misalnya penjualan narkoba. Kemudian penjualan barang selundupan keluar negeri, seperti tidak masuk ke dalam PDB. karena ini sifatnya adalah underground economy yang tidak tercatat.

Bagaimana perlakuan terhadap inventory atau barang persediaan. Misalnya nih, perusahaan memproduksi barang tetap tidak langsung dijual, tetapi menjadi barang persediaan. Jika itu merupakan stok perusahaan maka itu bagian dari PDB. Nanti akan kita lihat di bagian investment. Nanti kita akan bahas. Kemudian jika busuk atau rusak berarti bukan PDB. Penjualan terhadap stok atau persediaan tadi seperti apa? bukan PDB. karena apa, kita sudah mencatat bahwa waktu menjadi stok sudah kita catat. Jadi kalau saat penjualan persediaan tadi kita catat akan terjadi double counting.

Dan juga PDB itu hanya produksi pada periode yang bersangkutan saja. Sekali lagi penjualan tetap stok atau persediaan ini bukan PDB. Nah ini adalah data PDB Indonesia menurut produksi atau lapangan usaha. Di sini sekali lagi kita lihat ada beberapa katagori dari lapangan usaha. Kemudian masing-masing kategori mempunyai nilai PDB per sectors sendiri-sendiri. Secara akumulasi pada tahun 2019, PDB Indonesia adalah sebesar 10 949 trilyun Rupiah.

PDB Indonesia tahun 2019



Pemateri: Prof. Warsito
Judul Asli: Apa itu PDB Pendekatan Produksi
Sumber:https://www.youtube.com/@kuliahonlineekonomi
Gambar:


Komentar